![]()  | 
| Pengolahan pasca panen komoditi jagung di BNS Kudus | 
Puluhan peternak  
ayam yang tergabung dalam Persatuan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) dan
  Asosiasi Peternak Petelur Sumatera Barat (APPSB), Rabu (22/5) pagi,  
menggelar diskusi terbatas, terkait harga pakan ternak yang semakin  
mahal dan kebutuhan jagung untuk 7,1 juta ekor ayam petelur yang tidak  
kunjung terpenuhi.
Diskusi sambil
  minum kopi pagi itu berlangsung di Bofet Pergaulan Payakumbuh. Hadir  
dalam diskusi tersebut, Ketua Persatuan Peternak Unggas Indonesia  
(PPUI) Sumatera Barat Haji Khazanatul Israr dan Ketua Asosiasi  
Peternak Ayam Petelur Sumatera Barat Haji Akmal.
Bersama mereka, tampak pula  
sejumlah pengusaha peternak ayam petelur di Payakumbuh dan Limapuluh 
 Kota, seperti H Melfa Saukani, drh Dodi Mulyadi, drh Amir Mukminin,  
Haji Famusri, Haji Donal, Haji Zil, Haji Ermal, Haji Anton, Roni Anas,  
Perdana “Agung” Agusta, Datuk Feri, Yon Fitri, Husman, Yudi, Gema,  
Israr, Eri Hargia, dan Endi Kembar. 
Mengawali diskusi, para  
peternak atau pengusaha peternakan ayam petelur yang menguasai “urat  
nadi” perekonomian Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh,  
saling curhat tentang harga pakan ternak yang semakin mahal, sementara 
 harga telur cenderung fluktuatif.
Tidak sekadar curhat, sejumlah peternak yang menggengam iPhad dan BlackBerry
 di tangan mereka, membandingkan harga pakan ternak di Sumatera Barat,
  dengan harga di daerah lain yang menjadi sentral ayam petelur di  
Indonesia, termasuk Blitar, Medan dan Jakarta.
Menurut Haji Akmal, penetapan 
 harga pakan ternak oleh pabrik ataupun distributor, memang cenderung  
bervariatif. Karena itu para peternak sepakat, untuk mencari data  
harga yang paling akurat, sebagai pedoman atau acuan bagi mereka.
Bukan itu saja, para peternak 
 berencana pula mengundang pihak pabrik, untuk membuat kesepakatan  
pembelian harga pakan. “Harus ada kesepakatan yang kita buat dengan  
pabrikan, terkait harga pakan ternak. Sehingga, harga tetap stabil, baik
  di kala telur mahal, ataupun saat harga telur anjlok,” tukuk drh 
Doddi.
Di samping persoalan pakan  
ternak, para peternak yang  menghadiri diskusi dengan “menunggangi”  
berbagai  jenis mobil mewah, mengaku masih kesulitan dalam mendapatkan 
 jagung untuk memenuhi kebutuhan jutaan ekor ayam peliharaan mereka.
Berdasarkan estimasi para  
peternak,  saat ini di Sumatera Barat, terdapat sekitar 7,1 juta ekor  
ayam petelur (tidak termasuk ayam kampung dan ayam arab). Sebanyak 75  
persen di antaranya, berada di Limapuluh Kota dan Payakumbuh.
“Sekitar 7,1 juta ekor ayam  
petelur itu, membutuhkan jagung sebanyak 354,5 ton per harinya.  
Kebutuhan ini, sampai sekarang, masih belum terpenuhi. Walaupun Dinas 
 Tanaman Pangan dan Holtikultura terus mengklaim, Sumbar telah surplus
  jagung,” kata H Khazanatul Israr.
Kondisi ini pula yang membuat 
 para peternak ayam petelur, berencana menemui Gubernur Sumbar Irwan  
Prayitno dan DPRD Sumbar di Padang. “Kita akan temui Gubernur dan  
DPRD, untuk dengar pendapat, terkait kebutuhan jagung yang belum  
terpenuhi,” ujar Haji Khazanatul Israr  yang juga owner Cipendawa  
Group Payakumbuh.
Selain berencana mengadukan  
persoalan jagung yang belum terpenuhi, para peternak ayam petelur,  
sebagaimana disampaikan Haji Akmal dan Haji Melfa Saukani, akan  
mengusulkan kepada Pemprov Sumbar dan  DPRD Sumbar, agar dapat  
menerbitkan regulasi tentang standarisasi  harga jagung.
“Kita akan usulkan kepada  
Pemprov Sumbar dan DPRD Sumbar, agar membuat standarisasi harga jagung.
  Dengan pertimbangan, harga jagung Medan ditambah Lampung dibagi dua,  
dengan kadar air 17-18 persen. Sementara, buat teman-teman peternak,  
kita minta, agar ikut dalam usaha membudidayakan jagung,” ujar Haji  
Akmal dan Haji Melfa Saukani.
Rambah Pasar Jakarta
Menariknya, mesti sedang  
dipusingkan dengan harga pakan ternak yang semakin melangit dan  
kebutuhan jagung yang belum terpenuhi, para peternak ayam dari  
Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, ternyata tidak kehilangan
  kreatifitas dan naluri bisnis.
Toh buktinya, sejak tiga bulan 
 terakhir, sekitar delapan peternak, sudah mulai mengembangkan usaha 
ke  Ibu Kota Jakarta, dengan mengirim tujuh truk telur setiap 
minggunya.  Dimana masing-masing truk, bermuatan 108 ribu butir telur.
Delapan peternak yang mulai  
merambah pasar telur Jakarta itu adalah Haji Akmal, Haji Herman, Haji  
Zil, Yon Fitri, Risman dan Perdana Agusta atau Agung. Menurut Haji  
Akmal, pilihan mengembangkan bisnis telur ke Ibukota Jakarta, mereka  
lakukan, karena populasi ayam yang semakin banyak.
“Populasi ayam petelur, semakin
  banyak. Sementara, konsumsi telur di Sumbar, Riau dan Jambi, tidak  
mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga, membuat kami  
berinisiatif membuka pasar telur sendiri,” kata Haji Akmal.
Rupanya, akses  yang dibuka  
para peternak ayam dari Payakumbuh dan Limapuluh Kota ke Jakarta, cukup 
 mengejutkan pasar telur ibukota negara. Bahkan, saat peternak mengirim
  telur sekaligus, Jakarta menjadi kebanjiran telur, sehingga harganya 
 pun ikut anjlok.
Lantaran itu pula, peternak  ayam dari Payakumbuh dan Limapuluh Kota 
yang masih menjaga etika bisnis,  mengatur ritme pengiriman telur ke 
Jakarta.  Jika awalnya, sekali tiga  hari, kini jadi sekali seminggu. 
“Kami juga tidak ingin merusak pasar   telur di sana,” kata peternak 
ayam, mengakhiri diskusi.
Sumber : www.padangekspres.co.id via http://www.pasarjagung.com/

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar dan informasi tambahan dari pembaca.
Salam kami : bns_indonesia