Rabu, 12 Juni 2013

Nebraska Corn Kernels: Intern Projects: Price Of Corn And The Poultry Industry




By Casey Campbell, NCGA-St. Louis Intern

I really cannot believe that I’m done with my first month interning at the National Corn Growers Association (NCGA). It really has flown by! I have been busy with so many projects that are all so different and met so many great people. 

One of the main projects I have been working on is researching data and creating graphs to prove that rising prices of corn are not negatively affecting the poultry industry. While my minor in Agricultural Economics is definitely helping this process, math and numbers are not always my friends, especially with some of these really confusing databases. Thankfully I have been able to get lots of help from Paul Bertels, our in-house ag econ expert, more formally known as the VP of Production and Utilization. 

I have also been trying to revamp NCGA’s social media starting with their Facebook page. One of my goals within this is to make our page a place for farmers across the country to be able to interact with each other. I have been making posts with open ended questions trying to really engage our growers. At the same time I am trying to get more college students to become part of discussions on the page so I will be reaching out to many UNL students to start. Also, speaking of our Facebook page, everyone should go like it! 

I had never been to Missouri before this summer and I’m pretty sure it’s one of the most beautiful places (after Nebraska, of course). Thankfully I am staying with a wonderful family here who has taken me to family BBQs and the zoo, which is free by the way if you’re ever in St. Louis. Plus I live next door to a woman I work with who has a great pool that’s perfect for lazy Sundays. I’m convinced I am the luckiest girl in the world to have this amazing internship and be living in this great area.

Nebraska Corn Kernels: Intern projects: price of corn and the poultry ind...: By Casey Campbell, NCGA-St. Louis Intern I really cannot believe that I’m done with my first month interning at the National Corn Growers ...

Harga Jagung Berjangka Turun 0,8% menjadi 5.4175 dollar per bushel


Foto :BNS Megawon/ 
(Vibiznews – Commodity) – Harga jagung berjangka untuk perdagangan hari ini (11/6) tercatat mengalami penurunan. Seperti halnya kemarin, pelemahan jagung dipicu oleh adanya sentimen mengenai kondusifnya cuaca di negara-negara bagian Amerika Serikat bagian tengah yang merupakan wilayah sentra perkebunan jagung dan gandum. Dengan kondusifnya cuaca makan akan memberikan situasi yang kondusif bagi pertumbuhan bibit jagung.
Disaat yang bersamaan, sentimen negatif kembali datang dari pengaruh penurunan bursa saham AS dan juga pelemahan harga minyak mentah yang hari ini tertahan di level 95,76 dollar per barel setelah dua hari lalu sempat menyentuh kisaran 97 dollar per barel. Hal tersebut memberikan kondisi yang kurang baik bagi jagung yang merupakan bahan baku ethanol.
Harga jagung berjangka mengalami penurunan sebesar 0,8% menjadi 5,4175 dollar per bushel. Sedangkan harga gandum mengalami penurunan sebesar 0,4% menjadi 6,87 dollar per bushel.
Menurut analisa dari Divisi Vibiz Research di Vibiz Consulting, pergerakan harga jagung diprediksi akan masih mengalami penurunan. Hari ini Departemen Pertanian AS diperkirakan akan merilis hasil produksi jagung untuk bulan lalu yang diprediksi akan mengalami kenaikan 12% menjadi 91,74 juta ton dan berpotensi menyebabkan surplus persediaan.

(JP/JA/VBN)

sumber : Vibiznews
By Joko Prayitno ,Vibiznews Analyst
Economy Research Senior Analyst - Vibiz Research, Vibiz Consulting
Analis lulusan dari FEUI ini memiliki kemampuan di bidang analisis ilmu ekonomi, terutama dalam bidang komoditi dan berbagai topik ekonomi lainnya.




Jumat, 07 Juni 2013

Harga Jagung Rp. 3.000,- per Kg, Sayang Petani Kedelai Gagal Panen

TEMPO.COBrebes--Komitmen pemerintah memanfaatkan lahan yang terindikasi terlantar untuk pertanian sejak Juli 2012 lalu belum menuai hasil yang memuaskan. Hingga kini, Indonesia masih kesulitan mencapai swasembada kedelai karena keterbatasan lahan.

“Swasembada kedelai memang paling berat di Kementerian Pertanian,” kata Menteri Pertanian Suswono saat berdialog dengan puluhan petani di areal persawahan Desa Sisalam, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Kamis siang, 6 Juni 2013.

Suswono mengatakan, saat harga kedelai masih tinggi, 150 persen lebih mahal dari harga beras, total luas lahan pertanian kedelai di Indonesia mencapai 1,5 juta hektare. Setelah harga kedelai anjlok hingga setara dengan harga beras, luas lahan itu menyusut tinggal 700.000 hektare.

Menteri dari Partai Keadilan Sejahtera itu mengaku sudah berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional untuk menyediakan lahan tambahan sekitar 500.000 hektare. “Tapi sampai sekarang (tambahan lahan itu) belum ada.”

Dari sekitar 7,2 juta hektare yang terindikasi terlantar di Indonesia, baru sekitar 13.000 hektare yang sudah dinyatakan bebas oleh BPN pada Juli 2012. Luas lahan 13.000 hektare itu masih sangat jauh untuk mengimbangi petani kedelai di Amerika.

Selain keterbatasan lahan, swasembada kedelai juga terkendala persaingan harga komoditas lain seperti jagung. Harga jagung pipil kini sekitar Rp 3.000 per kilogram. Jika satu hektare lahan menghasilkan sekitar enam ton jagung pipil, petani bisa mendapat Rp 18 juta. 

Alhasil, banyak petani kedelai yang beralih menanam jagung. Sebab, satu hektare lahan hanya mampu menghasilkan sekitar 1,8 ton sampai 3 ton kedelai. Harga kedelai kering sekitar Rp 7.000. “Kondisi ini kian diperparah dengan cuaca yang tidak mendukung,” kata petani kedelai di Desa Sisalam, Idham Kolid, 32 tahun.

Karena hujan tidak kunjung berhenti, Idham mengungkapkan, petani kedelai di Desa Sisalam mengalami gagal panen. Lembabnya cuaca memicu pertumbuhan hama ulat yang menyerang batang tanaman, sehingga satu hektare lahan hanya menghasilkan sekitar satu ton kedelai.

Akibatnya, petani kedelai lebih memilih menjual panennya dengan sistem ijon. Meski keuntungan yang diperoleh lebih kecil, sistem ijon dinilai paling aman daripada menunggu panen tanpa kepastian hasil. “Kami minta pemerintah menstabilkan harga kedelai,” kata Darwinto, petani lain.

Menanggapi hal itu, Suswono mengatakan pemerintah sudah menunjuk Bulog sebagai stabilisator harga kedelai. “Harga kedelai Rp 7.000 per kilogram itu sudah dijamin (stabil).” Ia juga mengimbau petani memanfaatkan kredit ketahanan pangan dan energi yang selama ini masih minim serapannya. (Dinda Leo Listy )

Sumber :
Kemarau Basah, Petani Kedelai Gagal Panen | bisnis | Tempo.co

Senin, 03 Juni 2013

Harga Jagung Pembelian BNS Hari ini Rp. 3.050,- per KG | Naik 50 point per Tgl. 3 Juni 2013

Memasuksi awal bulan Juni 2013, 
BNS bersedia membeli jagung dari Petani dan Suplier Mitra sebesar Rp. 3.050,- per Kg untuk Jagung Pipil Kering dengan Kadar Air standar 17%.




Harga pembelian BNS sebesar Rp. 3.050,- per kg berlaku mulai tanggal 3 Juni 2013 sampai adanya pemberitahuan harga baru. 
BNS sangat berharap agar Petani bersedia melakukan pengeringan terhadap jagung hasil panen mereka agar mendapatkan harga jual yang bagus di musim panen kedua ini.

BNS tetap bersedia membeli jagung pipil kering dan jagung pipil basah dengan kadar air lebih dari 17%. Harga pembelian BNS untuk jagung dengan KA diatas 17% dapat dilihat pada tabel harga dibawah ini.

Untuk penjualan jagung basah, disarankan kepada Petani/ penjual agar dapat mengkondisikan jagung basah tersebut dijual dengan KA maksimal 28%, karena untuk jagung basah dengan KA diatas 28% harganya akan jatuh sangat murah. KA 28% untuk jagung pipil basah dapat dicapai dengan cara pengeringan di lahan sebelum jagung dipetik, atau pengeringan jagung gelondongan ( sebelum dipipil ) di lantai jemur setelah jagung dipetik.


HARGA PEMBELIAN BNS
UNTUK KOMIDITI JAGUNG PIPILAN
BERDASARKAN STANDAR KADAR AIR
Berlaku mulai Hari Senen 3 Juni 2013

%  KADAR AIR
POTONGAN %
HARGA FINAL
HARGA PEMBELIAN
SESUAI KADAR AIR



17.00 %
0%
3.050
17.01 - 17.50
0,60%
3.032
17.51 - 18.00
1,20%
3.013
18.01 - 18.50
1,80%
2.995
18.51 - 19.00
2,40%
2.977
19.01 - 19.50
3%
2.959
19.51 - 20.00
4,00%
2.928
20.01 - 20.50
5,00%
2.898
20.51 - 21.00
6,00%
2.867
21.01 - 22.00
8,50%
2.791
22.01 - 23.00
11,00%
2.715
23.01 - 24.00
13,50%
2.638
24,01 - 25,00
16,00%
2.562
25,1 - 26,00
19,00%
2.471
26,01 - 27,00
22,00%
2.379
27,01 - 28,00
25,00%
2.288
LEBIH dari 28,01%
35%
2.000



KETERANGAN :


1. Harga ditetapkan sesuai tabel setelah dilakukan pengecekan
kadar air dengan tester alat pengukur kadar air.




2. Harga tersebut adalah harga pembelian loco gudang BNS Kudus
Lokasi Gudang : Ds. Megawon Kec. Jati Kab, Kudus Jawa Tengah.



3. Pembayaran Tunai setelah bongkar muatan dan timbang.



4. Penjual menanggung ongkos bongkar muatan sebesar Rp.10,-/Kg.



5. Standar Jagung pipil sesuai ketentuan SNI Jagung, yaitu :
a. Kadar Air maksimal 17%.

Kadar air lebih dari 17% dikenakan potongan harga sesuai tabel.
b. Kadar Jamur maksimal 1%

c. Kadar Biji Mati maksimal 1%

d. Kadar Kotoran/ benda asing maksimal 2%




6. BNS juga bisa melakukan pembelian dengan cara mengambil
barang ke lokasi penjual, dengan ketentuan :

6.1. Harga beli dikurangi biaya transportasi sesuai jauh dekatnya
lokasi penjual dengan lokasi gudang BNS di Kudus.
6.2. Biaya tenaga muat barang keatas truk ditanggung penjual.
6.3. Bila harus "melangsir" dalam pengambilan barang dikarenakan
lokasi penjual tidak dapat dijangkau oleh kendaraan truk, maka biaya
"melangsir" tersebut menjadi tanggungan penjual.
6.4. Pembayaran tunai di lokasi penjual dilakukan setelah timbang
dan muat barang keatas truk.




 INFO dan KONTAK untuk penjualan jagung kepada BNS dapat menghubungi :

1. ARIS MUSTAQIM - SUDAH TIDAK BEKERJA di BNS

2. ibar - 0811277869