Sebagai komoditas pangan penting
kedua setelah padi atau beras, kebutuhan jagung sebagai bahan pangan
maupun pakan dari tahun ke tahun akan terus meningkat seiring
pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia. Bahkan, lebih dari
itu, dengan semakin pesatnya perkembangan industri peternakan turut
merubah peta konsumsi jagung tanah air.
Seperti
diketahui, jagung merupakan komponen utama dalam industri pakan ternak,
porsinya mencapai 60% dalam ransum pakan. Hal inilah yang menjadikan
lebih dari 50% produksi jagung di Indonesia digunakan untuk kebutuhan
industri pakan ternak, sementara untuk konsumsi pangan diperkirakan
hanya berkisar 30 persennya saja. Sedangkan sisanya untuk kebutuhan
industri lain.
Sebagai bahan baku utama pakan ternak, kualitas biji
jagung hasil panen para petani tentu akan menjadi parameter utama untuk
menghasilkan ransum pakan yang berkualitas dan aman bagi kesehatan
ternak itu sendiri. Oleh karena itu, masing-masing produsen pakan ternak
telah menetapkan standar mutu biji jagung yang dipasok dari para
petani. Standar mutu yang ditetapkan itu biasanya meliputi: kadar air,
biji mati, biji berjamur, biji rusak, kotoran, dan kandungan aflatoxin.
PT
Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. misalnya, produsen pakan ternak
terbesar di Indonesia ini mensyaratkan kandungan kadar air dalam biji
jagung berkisar 17-28%, jumlah biji mati dan biji berjamur masing-masing
maksimal 5%, biji rusak/pecah maksimal 3%, kotoran maksimal 2%, dan
tidak berkutu, serta kandungan aflatoxinnya maksimal 100 Ppb..
So,
Seperti apa kualitas mutu jagung yang bapak dan ibu hasilkan ?
Seperti apa kualitas mutu jagung yang bapak dan ibu hasilkan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar dan informasi tambahan dari pembaca.
Salam kami : bns_indonesia