Tampilkan postingan dengan label BUDIDAYA JAGUNG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BUDIDAYA JAGUNG. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Mei 2014

Mengenal Budidaya dan Teknik Pasca Panen Jagung Putih varietas SRIKANDI PUTIH - 1


 

Video tentang Jagung Putih - Teknik Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen



Varietas Jagung SRIKANDI PUTIH-1


Tanggal dilepas                    : 4 Juni 2004
Asal                                 : Materi introduksi asal CIMMYT
Mexikco, dibentuk dari saling silang 8 inbrida yang memiliki daya
gabung umum bagus dalam sifat hasil (yield). Inbrida tersebut berasal darai beberapa populasi
QPM putih dengan adaptasi lingkungan tropis
Umur berbunga jantan         : ± 55-58 hari
Umur berbunga betina         : ± 58-60 hari
Masak fisiologis                    : ± 105-110 hari
Batang                              : tegap
Warna batang                    : hijau
Tinggi tanaman                  : ± 195 cm
Daun                                : panjang dan lebar
Warna daun                       : hijau
Warna malai                       : kemerahan
Warna rambut                    : kemerahan
Keragaman tanaman           : seragam (96-98%)
Bentuk tongkol                  : sedang dan silindris
Tinggi tongkol                    : ± 95 cm
Kelobot                             : tertutup rapat (95-97%)
Tipe biji                             : semi mutiara dan gigi kuda
Warna biji                          : putih
Baris biji                             : lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol            : 12-14 baris
Bobot 1000 biji                   : ± 325 g
Endosperm                        : Protein : 10,44%; Lisin : 0,410%; Triptofan : 0,087%
Rata-rata hasil                     : 5,89 t/ha pipilan kering
Potensi hasil                       : 8,09 t/ha pipilan kering
Ketahanan penyakit            : tahan hawar daun H. maydis dan karat daun Puccinia sp
Ketahanan hama                 : tahan hama penggerek batang O. furnacalis
Keterangan                        : dianjurkan ditanam di dataran rendah diutamakan pada musim penghujan
Pemulia                              : Firdaus Kasim, M. Yasin HG, M. Azrai, MB. Pabendon, A. Tkdir, Roy Effendi, Nuning AS,
Neni Iriany, J. Wargiono, Made J. Mejaya, dan Marsum Dahlan
Pengusul                            : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Jagung Pulut / Jagung Ketan Varietas Pulut URI Menghasilkan 6 Ton per Hektar

Apakah anda pernah mendapat permintaan jagung putih dari konsumen ? Jagung berbiji putih masih lumayan banyak ditanam oleh petani dan bisa didapatkan di banyak daerah sentra jagung. Jagung berbiji putih umumnya dimanfaatkan untuk bahan pangan secara langsung dan juga untuk industri pangan berbasis jagung.

Apakah anda juga pernah mendapat permintaan jagung ketan atau jagung pulut dari konsumen ? Akhir akhir ini semakin banyak saja konsumen yang membutuhkan jagung ketan berwarna putih ini. Sayangnya masih sulit mendapatkan produk jagung special ini.Maklumlah petani yang berkenan menanam jagung jenis ini sangat sedikit karena produktivitas jagung ketan varietas lokal masih rendah, hanya sekitar 2 ton per hektar.
Kini sudah ada jagung ketan varietas baru, yaitu jagung ketan varietas Pulut URI yang mempunyai potensi hasil panen tinggi mencapai 6 ton per hektar. Semoga varietas Pulut URI akan semakin banyak ditanam oleh petani Indonesia untuk mencukupi kebutuhan pangan dan industri berbahan baku jagung ketan.

Jagung pulut atau jagung ketan termasuk jenis jagung khusus yang makin populer dan banyak dibutuhkan konsumen dan industry. Jagung pulut mempunyai citarasa yang enak, lebih gurih, lebih pulen dan lembut. Rasa gurih muncul karena kandungan amilopektin yang terkandung dalam jagung pulut sangat tinggi, mencapai 90%. Pamor jagung pulut tidak luntur ditelan zaman. Kreasi baru makanan olahan berbasis jagung pulut mermunculan termasuk beras jagung instan, bubur jagung instan dan lain-lain.

Terlepas dari kelebihan yang dimiliki, jagung pulut juga mempunyai kelemahan, salah satunya tingkat produktivitasnya yang masih rendah, antara 2-2,5 t/ha. Balai Penelitian Tanaman Serealia melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung pulut, salah satunya dengan persilangan dengan plasmanutfah local yang mempunyai potensi hasil yang tinggi. 

Hasil kerja keras peneliti Balitsereal kemudian menghasilkan varietas jagung pulut baru dengan produktivitas mencapai 6 t/ha atau tiga kali lebih tinggi dari jagung pulut local. Selain itu kandungan amilopektin juga tinggi sampai 90% sehingga memberi rasa gurih. Jagung baru yang diberi nama Pulut URI (Untuk Rakyat Indonesia) dapat digunakan untuk memenuhi permintaan industry olahan berbasis jagung seperti jagung marning,

Jagung Ungu / maiz morado Kaya Antosianin ( Zat Antioksidan )

Jagung ungu atau dalam bahasa Spanyol dikenal dengan nama maiz morado adalah salah satu jenis varietas jagung yang masih belum populer khususnya di Indonesia. Jagung ungu banyak dikembangkan di Amerika Selatan khususnya di pegunungan Andes. Biji jagung yang berwarna ungu telah dimanfaatkan oleh penduduk local sebagai bahan pewarna serta minuman. Warna ungu yang terdapat pada jagung ungu disebabkan oleh tingginya kandungan antosianin, khususnya jenis Chrysanthemin (cyanidan 3-O.glucoside), pelargonidin 3-O-B-D-Glucoside). Antosianin berasal dari bahasa Yunani, anthos yang berarti bunga sementara kyanos berarti biru. Antosianin yang mengatur warna biji seperti ungu, violet dan merah yang banyak terkandungan dalam sayur dan buah.

Antosianin bersifat sebagai antioksidan di dalam tubuh untuk mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah. Antosianin bekerja menghambat proses aterogenesis dengan mengoksidasi lemak jahat dalam tubuh, yaitu lipoprotein densitas rendah Kemudian antosinin juga melindungi integritas sel endotel yang melapisi dinding pembuluh darah sehingga tidak terjadi kerusakan. Selain itu, antosianin juga merelaksasi pembuluh darah untuk mencegah aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler lainnya.  

Berbagai manfaat positif dari antosianin untuk kesehatan manusia adalah untuk melindungi lambung dari kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan kemampuan penglihatan mata, serta berfungsi sebagai senyawa anti-inflamasi yang melindung otak dari kerusakan Selain itu, beberapa studi juga menyebutkan bahwa senyawa tersebut mampu mencegah obesitas dan diabetes  meningkatkan kemampuan memori otak dan mencegah penyakit neurologis, serta menangkal radikal bebas dalam tubuh.

Balai Penelitian Tanaman Serealia tengah menyiapkan jagung ungu yang dapat digunakan untuk diversifikasi pangan. Galur-galur jagung ungu baik local (manado, Palu dan lain-lain) maupun galur introduksi disilangkan dan diuji adaptasi agar sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia. Peneliti jagung khusus, Ir. M Yasin HG dalam seminar dua mingguan menyampaikan kemajuan perbaikan potensi hasil dan kandungan antosianin galur-galur jagung ungu.

Jagung Bertongkol Empat Yang Spektakuler !!

Ini baru spektakuler !!!
Ahli Pemulia Tanaman Indonesia telah berhasil mendapatkan hasil karya persilangan tanaman jagung sehingga "tercipta" jagung varietas baru yang spektakuler ini. Jagung  varietas baru ini menghasilkan empat tongkol jagung di setiap batangnya ...... tidak percaya ? Empat tongkol jagung tesebut, eloknya lagi adalah berupa 2 tongkol jagung manis yang bisa dipanen lebih awal sebagai baby corn dan 2 tongkol lagi dipanen akhir sebagai jagung tua/ pipilan. Hebatnya lagi, jagung tongkol empat ini mempunyai kandungan vitamin A yang lebih tinggi dibanding jagung lainnya.

Jagung tipe baru dengan dua kelebihan ,kaya Vitamin A (beta karoten) dan bertongkol empat sebentar lagi akan mengisi pasar perjagungan di Indonesia. Jagung jenis baru tersebut merupakan hasil persilangan materi genetik UGM dan Badan Litbang Pertanian (UPT Balai Penelitian Tanaman Serealia). Menurut Pemulia UGM, Dr. Budi, 4 tongkol terdiri atas dua jenis, yakni jagung muda alias baby corn dan jagung tua masing-masing dua tongkol. Pekebun yang menanam jagung ini akan dipanen dua kali, dua tongkol terbawah dipanen sebagai jagung manis muda atau sweet baby dan yang atas sebagai jagung pipilan.

Selain itu jagung tersebut juga kaya beta karoten. Kadar beta karoten dalam biji jagung mencapai 0,081-0,114 ppm, tiga kali lebih tinggi disbanding jagung biasa yang kandungan beta karotennya hanya berkisar 0,038-0,048 ppm. Beta karoten atau karotenoid merupakan keluarga fitonutrien yang mewakili salah satu kelompok besar pigmen pada tanaman. Senyawa ini salah satu dari 50 karotenoid yang dikenal sebagai senyawa provitamin A. Tubuh dapat mengkonversi btakaroten menjadi retinol yang merupakan bentuk aktif dari vitamin A. Mengonsumsi makanan kaya beta karoten membantu mencegah kekurangan vitamin A yang penting untuk menjaga kesehatan mata, tulang, kulit, metabolism yang sehat serta menjaga kekebalan tubuh.

Jagung kaya betakaroten ini merupakan hasil kerjasama penelitian Universitas Gadjah Mada dengan Badan Litbang Pertanian. Materi persilangan terdiri atas tetua jantan talenta jagung manis produksi PT. Agri Makmur Pertiwi sementara tetua betina adalah jagung Provit A kaya beta karoten hasil Balai Penelitian Tanaman Serealia. Penanaman jagung ini akan menghasilkan 1,2 ton baby corn pada panen pertama serta 5-6 t/ha pada panen kedua. 

sumber : balitsereal deptan RI

Jagung Varietas Bima 12Q dan Bima 13Q Jenis Jagung Protein Tinggi

Kini hadir 2 jagung baru dengan 3 keistimewaan: produksi tinggi, kaya protein serta tahan penyakit. Jagung tersebut adalah Bima 12Q dan Bima 13Q. Keunggulan jagung-jagung tersebut bukan hanya terletak pada produksi tinggi, 10-11 t/ha tapi juga kaya protein terutama asam amino esensial. “Kadar lisin dan triftofan dalam Bima 12Q masing masing sebesar 0,52% dan 0,11% sedangkan Bima 13Q berkisar 0,46% dan 0,09%. Jumlah itu lebih besar daripada jagung biasa yang kadarnya hanya 0,29% dan 0,058%. Bahkan Bisi 2 hanya berkisar 0,36% dan 0,06%.

Lisin dan Triftofan tergolong asam amino esensial yang tidak bisa diproduksi tubuh. Asam amino berperan mengatur regulasi metabolism dan proses fisiologis tubuh. Jumlah minimal lisin dan triftofan yang disarankan oleh FAO berkisar 0,4% dan 0,1%. Jagung tinggi protein ini bisa dimanfaatkan sebagai subtitutsi pakan tinggi protein seperti bungkil kedelai dan tepung ikan yang sampai kini masih diimpor untuk pakan ternak.

Jagung quality protein maize (QPM) alias jagung berkualitas protein tinggi tergolong yang mempunyai gen resesif alias hanya bisa kawin atau saling menyerbuk diantara sesamanya. Jika jagung tersebut diserbuki jagung biasa, kandungan proteinnya rendah, sama seperti jagung biasa. Untuk mengatasinya dapat dilakukan 2 cara. Pertama, melakukan isolasi tanam selama 21 hari. Artinya 21 hari sebelum atau sesudah penanaman jagung QPM baru boleh ditanam jagung biasa. Kedua bisa ditanam bersamaan tetapi diberi jarak 300 meter supaya antar jagung tidak saling menyerbuk.

sumber : balitsereal deptan RI

Jagung Varietas Provit A1 dan Provit A2 Kaya Kandungan Vitamin A

Sedikitnya 250.000 anak di dunia menjadi buta setiap tahun akibat kekurangan vitamin A. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa defisiensi vitamin A menjadi momok tidak hanya anak-anak tetapi juga ibu-ibu hamil di Asia Tenggara dan Afrika. Selain menyebabkan rabun senja, kekurangan vitamin A meningkatkan resiko kematian.

Balai Penelitian Tanaman Serealia bekerjasama dengan CIMMYT telah berhasil melakukan fortifikasi/meningkatkan nutrisi mikro jagung. Biofortifikasi merupakan langkah yang ditempuh Balitsereal sejak 2008 guna melepas jagung tinggi vitamin A. Galur-galur introduksi CIMMYT selanjutnya diuji adaptasi agar sesuai dengan iklim Indonesia. Dari hasil ujiadaptasi diperoleh dua galur yaitu BC1BC2-F2 dan KUI carotenoid syn yang mempunyai kandungan beta karoten yang tinggi, yaitu 0,081 ppm dan 0,105 ppm, lebih tinggi dibandingkan jagung lainnya yang mempunyai kandungan beta karoten 0,048 ppm.

Tidak hanya kaya beta karoten, produksi keduanya juga tinggi. Galur BC1BC2-F2 yang dilepas Tahun 2011 dengan nama Provit A1 mempunyai potensi hasil 7,14 t/ha sementara KUI yang dilepas dengan nama Provit A2 mempunyai potensi hasil 6,12 t/ha.

Kehadiran jagung kaya vitamin A itu diharapkan dapat memberikan kontribusi pemenuhan gizi masyarakat yang mudah, murah dan enak. Selain tentunya memberikan pilihan jenis bagi pekebun jagungng “pun turut menunjang kemandirian dan diversifikasi pangan”.

sumber : balitsereal deptan RI


Jumat, 21 Februari 2014

10 Parameter Penentu Hasil Panen Jagung

Margin keuntungan untuk penanaman jagung diproyeksikan akan lebih rendah pada tahun 2014 ini dan petani akan lebih tertarik pada program dan komoditi lain yang akan meningkatkan hasil dan keuntungan mereka. 

Mengapa keuntungan bertani jagung bisa mengalami penurunan ?
Selain karena harga jagung di pasaran yang diproyeksikan stabil rendah di sepanjang tahun 2014 ini, petani juga berhadapan dengan masalah teknis bertanam, kondisi tanah, dan cuaca yang sangat berpengaruh pada tingkat hasil panen jagung yang mereka usahakan. 

Sebelum memutuskan apakah akan beralih menanam komoditi non jagung di tahun 2014 ini, marilah kita luangkan waktu untuk melihat beberapa parameter kunci untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi pada jagung yang anda tanam.
Ada beberapa hal yang jika dilakukan dengan benar akan memberikan hasil panen jagung yang sangat baik.
Chad Lee ahli pertanian dari University of Kentucky memberikan acuan 10 parameter sebagai chekcklist dalam usaha mendapatkan panen jagung yang baik.

10 Parameter Penentu Hasil Panen Jagung

1. Tanah produktif  
( humus dalam, kesuburan memadai, tidak ada pemadatan, drainase yang sangat baik)
2.  Curah hujan atau irigasi tepat waktu dan memadai.
3. Menggunakan benih varietas yang baik 
( produktivitas tinggi, ketahanan penyakit yang sesuai dengan lokasi penanaman )
4. Rotating jagung dengan tanaman lain
5. Menanam pada waktu yang tepat ( kondisi tanah yang baik dan prakiraan menguntungkan mungkin lebih penting daripada kalender )
6. Menggunakan populasi yang sesuai 
7. Menerapkan N yang memadai ( pemantauan kerugian, menyesuaikan nanti jika mungkin )
8. Bisa mendapatkan 95% sinar matahari di sekitar lahan penanaman jagung (tahap pertumbuhan R1)
9. Mendapatkan pengendalian gulma yang baik ( lakukan pemberantasan gulma sebelum mereka tumbuh lebih tinggi dari 10 cm )
10. Peka terhadap adanya penyakit dan hama ( membuat keputusan manajemen berdasarkan fakta di lapangan dan prakiraan).

Jika semua parameter ini bekerja untuk Anda, maka hasil yang tinggi tentu akan mengikuti. 
Sebagai petani kita biasa berencana untuk musim mendatang, coba bandingkan catatan Anda dengan 10 checklist paramener diatas. 
Apakah Anda melakukan semua hal dengan benar dan pada waktu yang tepat ? Apakah Anda memiliki masalah pemadatan tanah atau masalah drainase ? 
Apakah Anda memiliki tanah yang lebih rentan terhadap kekeringan ? 
Pikirkan tentang tindakan parameter apa yang telah Anda lakukan dengan sangat baik dan melihat bagaimana praktek-praktek tersebut dibandingkan dengan orang-orang disekitar Anda. 

Jika Anda memiliki ide-ide tentang apa lagi yang mungkin diperlukan dalam sistem hasil tinggi dalam pertanian jagung, marilah kita saling berbagi pengalaman dan pengetahuan agar dapat menjadi bahan pembelajaran oleh kami petani jagung. 

Sabtu, 09 November 2013

Gunakan Benih Benih Bermutu Untuk Meningkatkan Produksi Jagung

Penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju keberhasilan dalam usahatani jagung. Gunakan benih bersertifikat dengan vigor tinggi. Sebelum ditanam hendaknya dilakukan pengujian daya kecambah benih. Benih yang baik adalah yang mempunyai daya tumbuh lebih dari 95%.
Hal ini penting karena dalam budidaya jagung tidak dianjurkan melakukan penyulaman tanaman yang tidak tumbuh dengan menanam ulang benih pada tempat tanaman yang tidak tumbuh. 
Pertumbuhan tanaman sulaman biasanya tidak normal karena adanya persaingan untuk tumbuh, dan biji yang terbentuk dalam tongkol tidak penuh akibat penyerbukan tidak sempurna, sehingga tidak akan mampu meningkatkan hasil.

Benih yang bermutu, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Penggunaan benih bermutu akan lebih menghemat jumlah benih yang ditanam. Populasi tanaman yang dianjurkan dapat terpenuhi (sekitar 66.600 tanaman/ha). 

Sebelum ditanam, hendaknya diberi perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil (umumnya berwarna merah) sebanyak 2 gr (bahan produk) per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air. Larutan tersebut dicampur dengan benih secara merata, sesaat sebelum tanam. Perlakuan benih ini dimaksudkan untuk mencegah serangan penyakit bulai yang merupakan penyakit utama pada jagung. Benih jagung yang umumnya dijual dalam kemasan biasanya sudah diperlakukan dengan metalaksil (warna merah) sehingga tidak perlu lagi diberi perlakuan benih.

Rabu, 06 November 2013

Pengendalian Hama " PENGGEREK TONGKOL JAGUNG "

Penggerek Tongkol (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae: Lepidotera.
Imago betina H. armigera meletakkan telur pada pucuk tanaman dan apabila tongkol sudah mulai keluar maka telur diletakkan pada rambut jagung. Imago betina mampu bertelur rata-rata 730 butir dengan masa oviposisi 10-23 hari. Telur menetas dalam tempo tiga hari setelah diletakkan pada suhu 22,5oC dan dalam tempo sembilan hari pada suhu 17oC.

Larva terdiri atas 5-7 instar, tetapi umumnya enam instar dengan pergantian kulit (moulting) setiap instar 2-4 hari. Periode perkembangan larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas makanannya.
Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24-27,2oC adalah 12,8-21,3 hari. Larva serangga ini bersifat kanibalisme sehingga 284 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan merupakan salah satu faktor yang menekan perkembangan populasinya.
 
Spesies ini mengalami masa prapupa selama 1-4 hari. Selama periode ini, larva menjadi pendek dan lebih seragam warnanya dan kemudian berganti kulit menjadi pupa. Masa prapupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah. Pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5-17,5 cm. Serangga ini kadang-kadang berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotorannya yang terdapat pada tanaman.

Pada kondisi yang tidak memungkinkan seperti panjang hari 11-14 jam/ hari dan suhu yang rendah (15-23oC), H. armigera mengalami diapauses atau sering disebut diapause pupa fakultatif. Diapause pupa dapat berlangsung beberapa bulan bahkan dapat lebih dari satu tahun. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.

Gejala Serangan
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan (Gambar 9). Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.

Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Trichogramma spp. yangmerupakan parasitoid telur, di mana tingkat parasitasi pada hampir semua tanaman inang H. armigera sangat bervariasi dengan angka maksimum 49% (Mustea 1999). Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) juga merupakan parasitoid pada larva muda. Dalam kondisi kelembaban yang cukup, larva juga dapat diinfeksi oleh M.anisopliae.
Agen pengendali lain yang juga berpotensi untuk mengendalikan serangga ini adalah bakteri B. bassiana dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).
Kultur Teknis Pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk
dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.

Kimiawi
Agak sulit mencegah kerusakan oleh serangga ini karena larva segera masuk ke tongkol sesudah menetas. Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan harus dilakukan setelah terbentuknya silk dan diteruskan (1-2 hari) hingga jambul berwarna coklat. Untuk itu dibutuhkan biaya yang cukup cukup mahal .

Sumber :
Deptan RI
Penulis: Yulia TS

Pengendalian Hama " TIKUS " Pada Tanaman Jagung

Tanaman jagung yang diserang tikus biasanya ditanam pada lahan sawah setelah padi. Tikus tersebut adalah dari spesies Rattus argentiventer.
Tikus memiliki kemampuan indera yang sangat menunjang setiap aktivitas kehidupan nya. Di antara kelima organ inderanya, hanya penglihatan yang kurang baik, namun kekurangan ini ditutupi oleh indera lainnya yang berfungsi dengan baik.

Tikus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap cahaya. Meski indera penglihat annya kurang berfungsi, tikus mampu mengenali benda di depannya pada jarak 10 m.
Indera penciuman tikus berfungsi dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas tikus menggerak-gerakkan kepala dan mengendus pada saat mencium bau pakan, tikus lain, dan musuhnya.
Indera pendengarannya juga berfungsi dengan sempurna karena mampu mendengar suara pada frekwensi audibel (40 kHz), dan frekwensi ultrasonik (100 kHz).

Dengan indera perasa, tikus mampu mendeteksi zat yang pahit, beracun, atau tidak enak. Bulu-bulu pendek dan panjang yang tumbuh di antara rambut pada bagian tepi tubuhnya dimanfaatkan sebagai indera peraba untuk membantu pergerakan di tengah kegelapan (Rochman 1992).
Selain indera tersebut, tikus juga mempunyai beberapa kemampuan lain yaitu kemam puan menggali, memanjat, meloncat, mengerat, berenang, dan menyelam.

Tikus mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor, antara lain: matang seksual cepat (2-3 bulan), masa bunting singkat (21-23 hari), timbulnya birahi cepat (24-48 jam setelah melamelahirkan), melahirkan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, dan melahirkan keturunan dalam jumlah banyak (3-12 ekor dengan rata-rata enam ekor per kelahiran).
Tikus termasuk pemakan menyukai hampir semua makanan yang dimakan manu sia. Dalam kondisi cukup makanan, tikus beraktivitas sejauh rata-rata 30 m dan tidak pernah lebih dari 200 m. Jika kondisi tidak menguntungkan, jarak tempuh tikus dapat mencapai 700 m atau lebih.
Populasi tikus dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor abiotik yang sangat berpengaruh terhadap dinamika populasi tikus adalah air dan sarang, sementara faktor biotik adalah tanaman dan hewan kecil sebagai sumber pakan, patogen, predator, tikus lain sebagai pesaing, dan manusia.

Gejala Serangan
Tikus biasanya menyerang tanaman jagung pada fase generatif atau fase pengi sian tongkol. Tongkol yang sedang matang susu dimakan oleh tikus sehin gga tongkol me njadi rusak. Umumnya tikus makan biji pada tongkol mulai dari ujung tongkol sampai pertengahan tongkol.

PengendalianHayati
Tikus dapat dikendalikan dengan memanfaatkan predator berupa kucing, Anjing, ular, burung elang, dan burung hantu. Penggunaan patogen sebagai agen pengendali tidak dianjurkan karena berdampak negatif terhadap manusia.

Sanitasi
Pembersihan dan penyempitan pematang atau tanggul dapat dilakukan untuk memba tasi tikus membuat sarang. Untuk itu pematang atau tanggul dibuat dengan lebar ku rang dari 40 cm.

Mekanik
Pemagaran pertanaman dengan plastik, pemasangan bubu perangkap, atau gropyokan merupakan tindakan pengendalian mekanik yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi populasi tikus. Penggunaan bambu berukuran 2 m yang pada salah satu bubunya dilu bangi, kemudian diletakkan di pinggir pematang saat ter bentuknya tongkol sampai pa nen, dapat menipu tikus yang diduga sebagai lobang alamiah. Tikus yang terperangkap kemudian terus dibunuh .Pengusiran tikus dapat pula dilakukan dengan bunyi bunyian namun bersifat sementara karena setelah itu tikus akan kembali lagi ke pertanaman.

Kimiawi
Rodentisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan tikus umpan beracun. RMB yang banyak dipasarkan adalah Klerat, Storm, dan Ramortal. Emposan dengan menggunakan bahan fumigasi efektif menurunkan populasi tikus. Jenis bahan fumigasi yang biasa dipakai adalah hydrogen sianida, karbon monoksida, hidrogen fosfida, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan metal bromida.
 
Sumber :
Deptan Republik Indonesia
Penulis: Yulia TS

Parasitoid Trichrogramma evanescens untuk Mengendalikan Hama Penggerak Jagung

Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) merupakan hama penting tanaman jagung di Filipina, Cina, Tailand, Kamboja India, Malaysia, Vietnam, Korea, Jepang, dan Papua Nugini. Kehilangan hasil dapat mencapai 80% apabila tidak dikendalikan. Pengendalian penggerek jagung selama ini banyak menggunakan pestisida karena praktis. Penggunaan bahan kimia menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan termasuk musuh alami dari serangga yang bersangkutan dan harganya relatif mahal. Penggunaan pestisida akan meracuni kelangsungan ekosistem dan kelangsungan kehidupan manusia. Karena itu, muncul konsep pengelolaan hama terpadu (PHT), yang salah satu komponen pentingnya adalah pemanfaatan musuh alami, termasuk parasitoid telur Trichrogramma spp.

Salah satu pengendalian yang potensial adalah parasitoid Trichrogramma evanescens Westwood. Di Indonesia, T. evanescens umumnya diperbanyak pada telur Corcyra cephalonica. Untuk efisiensi penggunaan telur C. Cephalonica dan memperoleh perkembangan populasi T. evanescens yang maksimal dalam pembiakan masal, perbandingan antara sumber inokulum dan inang pengganti adalah 1 parasit 7 inang (telur C. Cephalonica). Tingkat parasitasi T. evanescens pada telur O. furcanalis dapat mencapai 93%, dan setiap T. evanescens betina mampu memparasit telur O. furcanalis hingga 54 butir dengan rata-rata 35 butir. T. evanescens menyukai memparasit atau meletakkan telurnya pada telur inang yang baru diletakkan.

Makanan tambahan berupa larutan gula 10% yang diberikan pada T. evanescens dewasa dan suhu pembiakan yang rendah dapat meningkatkan daya parasitasi, keperidian, dan memperpanjang masa hidup serangga dewasa. Inang utama T. evanescens adalah telur O. furcanalis, tetap juga dapat memparasit telur hama penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera). Tingkat parasitasi T. evanescens pada H. armigera umur 1 hari dapat mencapai 92%.
 
Perbanyakan Parasitoid Trichrogramma evanescens
Trichrogramma spp. biasanya diperbanyak secara masal dengan telur inang pengganti, di antaranya C. Cephalonica atau dikenal sebagai ulat beras. Serangga ini mudah diperbanyak dengan bahan-bahan yang tersedia.
Suhu tempat pembiakan parasitoid sangat menentukan tingkat parasitasi pada inang. Tingkat parasitasi parasitoid yang dibiakkan pada suhu rendah (24 o C) cukup tinggi, baik yang diberi maupun yang tidak diberi, masing-masing 51 dan 47 butir inang. Parasitoid telur T. evanescens yang dibiakkan pada suhu rendah (24 oC) lebih efektif memparasit inang dibandingkan pada suhu tinggi (32 oC). Suhu pembiakan mempengaruhi beberapa sifat Trichrogramma spp termasuk keperidian, lama hidup, dan ukuran. Trichrogramma spp adalah serangga yang poikitelotherm, kehidupannya sangat bergantung pada suhu dan lingkungan setempat. 

Sumber : 
Deptan RI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Pengendalian Hama " PENGGEREK BATANG MERAH JAMBU " Pada Tanaman Jagung

Salah satu hama yang suka menyerang jagung adalah Hama Penggerek Batang Merah Jambu.Serangga ini merupakan hama tanaman jagung, padi, dan tebu di AsiaTengga ra, Cina, dan Jepang. Di Indonesia serangga ini dapat pula hidup pada rumput dan teki seperti Andropogon, Eleusine, Panicum, Phraqmites, Saccharum, dan Scripus. Penggerek batang merah jambu umumnya ditemukan di daerah dengan musim kemarau yang jelas seperti Jawa Timur, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Hama ini memiliki tiga generasi per tahun jika berada pada daerah subtropis, sedang kan pada daerah tropis mempunyai enam generasi. Telur diletakkan secara berkelom- pok dalam barisan di pelapah daun biasanya 3-8 baris. Telur generasi pertama terdiri atas 75-100 butir. Rata-rata fekunditi betina adalah 250 telur. Seekor imago betina mampu meletakkan telur 300-400 butir. Imago betina meletakkan bebe -rapa generasi telur dalam beberapa minggu. Untuk generasi kedua, serangga betina akan meletakkan telur lebih banyak. 
 
Betina berkopulasi hanya sekali dengan masa inkubasi 6-10 hari atau rata-rata 7-8 hari pada daerah tropis . Larva terdiri atas enam atau tujuh instar dan adakalanya delapan instar dengan stadium larva berkisar antara 28-56 hari atau rata-rata lima minggu Gambar 7. Kelompok telur dalam barisan (a) dan larva S. inferens di daerah tropik. Instar I adalah instar dengan masa perkembangan yang lama, yaitu delapan hari dan instar II-V rata-rata 3-5 hari setiap instarnya, sementara instar VI tujuh hari, dan instar VII rata-rata 13 hari
Larva berwarna merah jambu. Masa prapupa sekitar lima jam dan stadia pupa 8-11 hari
 
Proses keluarnya imago dari pupa berlangsung selama 25 menit. Sayap akan tetap keli pat selama 10 menit dan kemudian membuka secara sempurna. Imago akan terbang secara sempurna empat hari setelah keluar dari pupa. Jarak terbang yang bisa ditem puh oleh seekor betina dan jantan masing-masing lebih dari 32 dan 50 km. Proses kawin dan meletakkan telur dapat terjadi 24 jam setelah keluar dari pupa.
 
Gejala Serangan
Gejala serangan mirip dengan gejala serangan penggerek batang O.furnacalis, teruta ma saat menyerang batang. Larva akan melubangi batang dan menggoroknya ke bagi an atas sehingga batang mudah patah.

Pengendalian Hayati
Platytelemonus sp. telah tercatat sebagai parasitoid telur S. inferens di Sulawesi Selat an, sedangkan Braconidae dan Tetrastichus israeli merupakan parasitoid larva dan pupa. Larva juga dapat diinfeksi oleh cendawan B.bassiana dan nematoda Neoplectana carpocapsae (Kalshoven 1981).

Pola Tanam
Penanaman serempak dan pergiliran tanaman dengan bukan jagung, padi,dan tebu dapat mengurangi serangan hama ini.

Mekanik
Pengambilan langsung dengan tangan dapat dilakukan jika biaya tenaga kerja cukup murah. Dapat pula dilakukan roguing pada tanaman jagung yang batangnya telah terserang.

Kimiawi
Larva menyerang terutama pada batang sehingga aplikasi insektisida sebaiknya dilaku kan sebelum larva masuk ke dalam batang, yaitu setelah adanya kelompok telur di bagi an bawah daun pada saat menjelang berbunga. Insektisida yang dapat digunakan anta ra lain adalah yang berbahan aktif monokrotofos.

Sumber :
Deptan Republik Indonesia
Penulis: Yulia TS

Pengendalian Hama " PENGGEREK BATANG " Pada Tanaman Jagung

Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis, Pyralidae: Lepidoptera) merupakan hama utama jagung di Asia. Serangga ini mempunyai lebih dari satu generasi dalam setahun karena didukung oleh curah hujan yang memberikan pengaruh penting pada aktivitas ngengat dan oviposisinya . Di lapang, imago mulai meletakkan telur pada tanaman yang berumur dua minggu. Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan bungajantan sampai keluarnya bunga jantan. Serangga betina lebih suka meletakkan telur di bawah permukaan daun, terutama pada daun ke-5 sampai daun ke-9 (Jumlah telur yang diletakkan tiap kelompok beragam (Gambar 1), berkisar antara 30-50 butir atau bahkanlebih dari 90 butir (Kalshoven 1981). Seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 300-500 butir. Lama hidup erangga dewasa adalah 7-11hari (Lee et al. 1980). Di laboratorium, jumlah telur per kelompok beragam antara 1-200 butir (Ruhendi et al. 1985). 

Stadium telur 3-4 hari (Lee et al.1980).Instar I sesaat setelah menetas dari telur langsung menyebar ke bagian tanaman lain. Pada fase pembentukan bunga jantan, larva instar I-III akan memakan daun muda yang masih menggulung dan pada permukaan daun yang terlindung dari daun yang telah membuka. Pada fase lanjut tanaman jagung, sekitar 67-100% dari larva instar I dan II berada pada bunga jantan(Nafus and Schreiner 1987). Larva instar III sebagian besar berada padabunga jantan, meskipun sudah ada pada bagian tanaman lain. Instar IV-VImulai melubangi bagian di atas buku dan masuk ke dalam batang dan membor ke bagian atas. Dalam satu lubang dapat ditemukan lebih dari satu larva. Gambar memperlihatkan larva instar I-VI. Pada tongkol jagung juga sering ditemukan larva instar I-III dan makan pada ujung tongkol dan jambul. Instar berikutnya makan pada tongkol dan biji. Stadium larva adalah 17-30 hari.
 
Larva yang akan membentuk pupa membuat lubang keluar yang ditutup dengan lapisan epeidermis. Stadium pupa adalah 6-9 hari (Gambar 3).Serangga dewasa yang keluar dari pupa pada malam hari pukul 20.00- 22.00 akan langsung kawin dan meletakkan telur pada malam yang sama hingga satu minggu sesudahnya.
O. furnacalis ditemukan di Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Timur, dan Australia (Mutuura and Munroe 1970). Di Indonesia, serangga ini menyebar luas di Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Sumatera (Waterhouse 1993).
 
Spesies ini selain menyerang jagung dan dapat pula menyerang tanaman lain seperti sorgum, kedelai, mangga, okra, tomat, tembakau, lada, tebu,kapas, jahe, dan rumput-rumputan (PGCPP 1987).
Gejala Serangan
Larva O. furnacalis menyerang semua bagian tanaman jagung. Kehilangan hasil terbesar dapat terjadi saat serangan tinggi pada fase reproduktif (Kalshoven 1981). Serangga ini mempunyai ciri khas serangan pada setiap bagian tanaman jagung, yaitu berupa lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tasselyang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak, dan rusaknya tongko jagung.
 
PengendalianHayati
Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid, cendawan, predator, bakteri, dan nema toda mampu menekan serangan . Parasitoid telur yang dapat menekan infestasi sera ngga ini adalah Trichogramma spp. T.evanescens efektif memarasit telur O. furnacalis di laboratorium dengan persentase parasitasi mencapai 97,68% melaporkan bahwa parasitasi parasitoid telur penggerek batang di daerah-daerah sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan berkisar antara71,56-89,80%.
Cendawan yang berperan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Pada pengujian laboratorium,mortalitas larva instar II dari O. furnacalis yang diinokulasi cendawan B.bassiana dengan konsentrasi 5 x 107 onidia/ml mencapai 62,5%, instar III 55%, instar IV 57%, dan instar V 55%. Hal ini menunjukkan bahwa cendawan ini cukup efektif mengendalikan penggerek batang jagung. 

Pengujian dilapang menunjukkan bahwa cendawan M. anisopliae mampu mengendalikan Peng gerek batang yang terindikasi dari rendahnya kerusakan daun
(13,3%) dan bunga jantan (5,3%) dibanding kontrol dengan kerusakan daun dan bunga jantan masing-masing mencapai 24,3% dan 27,0% pada 6 MST. Predator yang biasa memangsa hama penggerek batang jagung adalah Micraspis sp. dan Cecopet Euborellia annulata). (Laba-laba dari famili Argiopidae, Oxyopidae, dan Theriidae dan semut Solenopsis germinate memangsa larva muda hama penggerek .Bakteri yang digunakan untuk mengendalikan spesies ini adalah Bacillus thuringiensis subspecies Kurstaki. Nematoda dari famili Steinernematidae juga efektif mengendalikan O. furna calis (Ching et al. 1998).
 
Kultur Teknis/Pola Tanam
Serangan penggerek batang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Waktu tanam yang baik untuk menghindari serangan penggerek batang adalah pada awal musim hujan, dan paling lambat empat minggu sejak mulai musim hujan.
Kultur teknis berupa tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah akan mengurangi tingkat serangan (Hasse and Litsinger 1980). Hasil penelitian Nafus dan Schreiner, (1987) menunjukkan bahwa 40-70% larva berada pada bunga jantan, sehingga pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris) dapat menekan serangan penggerek batang.
 
Kimiawi
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, dikhlorofos, dan karbofuran efektif menekan serangan penggerek batang jagung .
Aplikasi insektisida dianjurkan apabila telah ditemukan satu kelompok telur per 30 tanaman.Insektisida cair atau semprotan hanya efektif pada fase telur dan larva instrar I-III, sebelum larva masuk ke dalam batang. Pengendalian dengan insektisida granul yang bersifat sistemik yang diaplikasikan melalui pucuk daun atau akar dapat mengen dalikan penggerek batang pada semua stadium. 

Sumber :
Deptan Republik Indonesia
Penulis: Yulia TS

Pengendalian Hama " BELALANG " Pada Tanaman Jagung

Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan produksi jagung adalah organisme pengganggu tanaman (OPT). Menurut Subandi et al.1988. OPT dimaksud, salah satunya adalah , Hama Belalang (Locusta migratoria)
Belalang betina mampu menghasilkan telur sekitar 270 butir. Telur berwarnakeputih-putihan dan berbentuk buah pisang, tersusun rapi sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Menurut BPOPT (2000), telur akan menetas setelah 17 hari.
 
Imago betina yang berwarna coklat kekuningan siap meletakkan telur setelah 5-20 hari, tergantung temperatur. Seekor betina mampu menghasilkan 6-7 kantong telur dalam ta nah dengan jumlah telur 40 butir per kantong. Imago betina hanya membutuhkan satu ka li kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam kantong-kantong tersebut. Imago jant anyang berwarna kuning mengkilap berkembang lebih cepat dibandingkan dengan betina. Lama hidup dewasa adalah 11 hari.

Siklus hidup rata-rata 76 hari, sehingga dalam setahun dapat menghasilkan 4-5 genera si di daerah tropis, terutama Asia Tenggara. Di daerah subtropis, serangga ini hanya menghasilkan satu generasi per tahun. Belalang kembara mengalami tiga fase pertum buhan populasi yaitu fase soliter, fase transien, dan fase gregaria. Pada fase soliter, belalang hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman. Pada fase gregaria,belalang kembara hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok besar,
berpindah-pindah tempat dan merusak tanaman secara besar-besaran.
 
Perubahan fase dari soliter ke gregaria dan dari gregaria kembali ke soliter dipengaruhi oleh iklim, melalui fase yang disebut transien.Perubahan fase soliter ke gregaria dimulai pada awal musim hujan setelah melewati musim kemarau yang cukup kering (di bawah normal). Pada saat itu, biasanya terjadi peningkatan populasi belalang soliter yang berdatangan dari berbagai lokasi ke suatu lokasi yang secara ekologis sesuai untuk berkembang Lokasi tersebut biasanya berupa lahan yang terbuka atau banyak ditumbuhi rumput, tanah gembur berpasir, dan dekat sumber air (sungai, danau, rawa) sehingga kondisi tanah cukup lembab. Setelah berlangsung 3-4 generasi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan, fase soliter akan berkembang menjadi fase gregaria, melalui fase transien. Lokasi ini dikenal sebagai lokasi pembiakan awal.
 
Perubahan fase gregaria kembali ke fase soliter biasanya terjadi apabila keadaan ling kungan tidak menguntungkan bagi kehidupan belalang, terutama karena pengaruh cu rah hujan, tekanan musuh alami dan atau tindakan pengendalian oleh manusia. Perubahan ini juga melalui fase transien.
 
Belalang kembara pada fase gregaria aktif terbang pada siang hari berkumpul dalam kelompok-kelompok besar. Pada senja hari, kelompok belalang hinggap pada suatu lokasi, biasanya untuk bertelur pada lahanlahan kosong, berpasir, makan tanaman yang dihinggapi, dan kawin. Pada pagi hari, kelompok belalang terbang untuk berputar-putar atau pindah lokasi. Pertanaman yang dihinggapi pada malam hari biasanya dimakan sampai habis. Kelompok besar nimfa (belalang muda) biasanya berpindah tem pat dengan berjalan secara berkelompok. Sepanjang perjalanannya jugamemakan tanaman yang dilewati. Tanaman yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok Graminae yaitu padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah, dan ber bagai jenis rumput. Selain itu, belalang juga menyukai daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, dan kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain adalah kacang hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas.
 
Gejala Serangan
Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang.
Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah.Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jikapopulasinya sangat tinggi de ngan sumber makanan terbatas
 
Pengendalian Hayati
Agens hayati M. anisopliae var. acridium, B. bassiana, Enthomophaga sp.dan Nosuma locustae di beberapa negara terbukti dapat digunakan padasaat populasi belum meningkat.
 
Pola Tanam
Di daerah pengembangan tanaman pangan yang menjadi ancaman hama belalang kembara perlu dipertimbangkan pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang dengan sistem tumpang sari atau diversifikasi.Pada areal yang sudah terserang belalang dan musim tanam belum terlambat, diupayakan segera pena naman kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang panjang, tomat, atau tanaman yang kurang disukai belalang seperti kacang tanah, petsai, kubis, dan sawi.
 
Mekanis
Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi:Stadia telur. Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur,
dilakukan pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
Stadia nimfa. Setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa. Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar atau menggunakan perangkap lainnya. Menghalau nimfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka untuk kemudian dimatikan. Nimfa yang sudah ada di tempat terbuka apabila memungkinkan juga dapat dilakukan pembakaran namun harus hati-hati agar api tidak merembet ke tempat lain. Pengendalian nimfa berperan penting dalam menekan perkembangan belalang.
 
Kimiawi
Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi maka insektisida yang efektif dan diijinkan dapat diaplikasikan.
Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis yang berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.
 
Sumber : 
Deptan RI
Penulis : Yulia Tri Sedyowati.

Hama " KUTU DAUN " Pada Tanaman Jagung dan Pengendaliannya

Salah satu hama yang menyerang tanamanan jagung adalah Kutu Daun (Aphis maidis). 
Kutu daun membentuk koloni yang besar pada daun. Betina berproduksi secara partenoge nesis (tanpa kawin). Umumnya, stadia nimfa terdiri atas empat instar (Kring 1985). Stadium nimfa terjadi selama 16 hari pada suhu 15oC, sembilan hari pada suhu 20oC, dan lima hari pada suhu 30oC.

Seekor betina yang tidak bersayap mampu melahirkan rata-rata 68,2 ekor nimfa, sementara betina bersayap melahirkan 49 nimfa (Adam and Drew 1964). Lama hidup imago adalah 4-12 hari (Ganguli and Raychaudhuri 1980). Ketiadaan fase telur di luar tubuh A. maidis betina karena proses inkubasi dan penetasan terjadi dalam alat re produksi betina dan diduga telur tidak mampu bertahan pada semua kondisi lingkung an.
Serangga ini lebih menyukai suhu yang hangat. Mau dan Kessing (1992) melaporkan bahwa imago lebih aktif di lapangan pada suhu 17o dan 27oC.

Gejala Serangan
A. maidis dalam kelompok yang besar mengisap cairan daun dan batang, akibatnya warna dan bentuk daun tidak normal yang pada akhirnya tanaman mengering Kutu da un ini menghasilkan honeydew yang dikeluarkan melalui sersinya, sehingga memben tuk embun jelaga berwarna hitam yang menutupi daun sehingga menghalangi proses fotosintesis.

Pengendalian Hayati
A. maidis dan Lysiphlebus mirzai (Famili: Braconidae) diketahui berpotensi sebagai parasitoid hama ini (Mau and Kessing 1992, Tripathi and Singh 1995). Coccinella sp. dan Micraspis sp. juga dapat dimanfaatkan sebagai predator.

Kultur Teknis
Trujillo and Altieri (1990) menyarankan penanaman jagung secara polikultur karena akan meningkatkan predasi dari predator kutu daun dibandingkan dengan penanaman secara monokultur.

Kimiawi
Kutu daun mudah dikendalikan dengan menggunakan insektisida kontak atau sistemik. Insektisida granular sering dipakai untuk mengendalikan hama ini pada tanaman sereali a. Insektisida seperti malathion lebih disenangi karena lebih sedikit pengaruhnya terha dap populasi musuh alami .
Selain itu, dimethoate dan methyl dimeton juga efektif untuk mengendalikan A. maidis pada jagung.

Sumber :
Deptan Republik Indonesia
Penulis: Yulia TS

Hama " LALAT BIBIT " Pada Tanaman Jagung dan Pengendaliannya

Pemerintah telah mencanangkan swasembada tiga komoditas pangan yang diharapkan dapat terwujud hingga tahun 2015. Ketiga komoditas tersebut adalah padi, jagung, dan kedelai. Khusus untuk jagung, swasembada telah dapat dicapai dan wajib dipertahankan. Target produksi yang diharapkan adakalanya tidak dapat dicapai karena adanya berbagai kendala. Swastika et al. (2004) melaporkan bahwa kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan produksi jagung adalah (1) social ekonomi yang mencakup mahalnya input (benih dan pupuk), rendahnya harga output (hasil), infrastruktur yang sedikit dan rendahnya daya beli; (2) rendahnya adopsi teknologi dan lemahnya sistem pemasaran yang terindikasi dari sulitnya mendapatkan kredit dan pasar; (3) rendahnya kesuburan tanah, sekitar 89% tanaman jagung di Indonesia diusahakan di lahan kering dengan tingkat kesuburan yang rendah; dan (4) kendala abiotik dan biotik.

Kendala abiotik disebabkan oleh rendahnya ketersediaan hara di tanah, sementara kendala biotik meliputi gangguan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT) yang terdiri atas gulma, hama, dan penyakit (Subandi et al. 1988). Salah satu hama jagung yang menyerang adalah Lalat bibit (Atherigona sp.) hanya ditemukan di Jawa dan Sumatera dan dapat merusak pertanaman hingga 80% atau bahkan 100%. Tanaman yang terserang ringan dapat pulih kembali, tetapi pertumbuhan pada fase generatif terhambat dan hasil berkurang. Serangga ini menyerang titik tumbuh jagung muda yang berumur 2-5 hari, sehingga mengakibatkan kematian tanaman .
Atherigona sp. biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari. Telur-telur tersebut diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil daun, atau batang dekat permu kaan tanah. Telur menetas pada malam hari minimal 33 jam atau maksimal empat hari setelah telur diletakkan. Telur spesies ini berwarna putih dengan panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm dan warnanya berubah menjadi gelap sebelum menetas .

Larva terdiri atas tiga instar dengan stadia larva 6-18 hari .
Larva spesies ini terdiri atas 12 ruas (satu ruas kepala, tiga ruas thorax, dan delapan ruas abdomen). Panjang larva mencapai 9 mm, berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah. Imago keluar dari pupa setelah 5-12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerahan sampai coklat dengan panjang 4,1 mm. Segmentasi tidak dapat dibedakan.

Imago akan terbang satu jam setelah keluar dari pupa (Gambar 11c). Kopulasi tidak terjadi pada beberapa hari setelah muncul dari pupa.
Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau anaman yang baru tumbuh. Imago berukuran kecil dengan panjang 2,5-4,5 mm, caput agak lebar dengan antena panjang, thorax berambut, abdomen berwarna kuning dengan spot hitam pada bagian dorsal.
Imago betina mulai meletakkan telur 3-5 hari setelah kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan dapat mencapai 70 butir. Imago betina meletakkan telur selama 3-7 hari.
Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari, masa hidup betina dua kali lebih lama daripada jantan. Siklus hidup telur hingga menjadi dewasa adalah 21-28 hari.

Sumber :
BPK Deptan Republik Indonesia
Penulis: Yulia TS

Periode Musim Tanam dan Musim Panen Jagung


Sekitar 57% produksi jagung di Indonesia dihasilkan oleh pertanaman jagung pada MH, 24%
pada MK I, dan 19% pada MK II.
Pada MH, jagung umumnya diusahakan pada lahan kering/tegalan,sedangkan pada MK pada sawah tadah hujan dan sawah irigasi.
 
 Lahan Sawah Irigasi --->  ditanam pada musim kemarau  (bagan 1)
 
 Sawah Tadah Hujan ---> ditanam pada akhir musim hujan dan awal musim kemarau (bagan2)
 
 Lahan Kering/ Tegalan ---> ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan
(bagan 3)
 
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan
panen. 
Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan dalam 4 tingkat: : masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak mati.
 

Senin, 27 Mei 2013

Sistem Tanam Legowo Dalam Budidaya Tanaman Jagung | Balitsereal Litbang Deptan RI

Sistem Legowo Dalam Budidaya Jagung
Sistem tanam legowo umumnya dikenal pada pertanaman padi sawah dengan tujuan utama untuk meningkatkan hasil gabah per satuan luas lahan. Ada beberapa tipe cara tanam legowo yang biasa diterapkan petani diantaranya tipe legowo (2:1), (3:1) dst. 

Tanam legowo 2:1 berarti setiap dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris. Untuk menggantikan populasi tanaman pada baris yang kosong, jumlah tanaman pada setiap baris yang berdekatan dengan baris yang kosong ditambah sehingga jarak tanam dalam barisan menjadi lebih rapat. 
Sebagaimana diketahui, barisan tanaman padi yang berada di bagian pinggir mempunyai pertumbuhan yang relatif lebih baik dibandingkan di bagian tengah. Atas dasar inilah maka diterapkan sistem tanam legowo agar sebagian besar tanaman menjadi tanaman pinggir dan diharapkan anakan yang dibentuk menjadi lebih banyak karena intensitas matahari yang diterima lebih optimal, dan akhirnya produktivitas dapat meningkat.

Legowo pada Tanaman Jagung
Selain pada tanaman padi, sistem tanam legowo ternyata juga dapat diterapkan pada pertanaman jagung. Berbeda dengan padi, tanaman jagung tidak membentuk anakan sehingga penerapan sistem legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada:
  1. Meningkatkan penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil asimilat meningkat sehingga pengisian biji dapat optimal.
  2. Memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.
  3. Memudahkan penanaman untuk pertanaman II dengan sistem tanam sisip yang dilakukan 2 minggu sebelum pertanaman I dipanen (khusus untuk wilayah potensial penanaman jagung 2 kali berturut-turut) sehingga menghemat periode pertumbuhan tanaman di lapangan.
Wilayah Pengembangan
Cara tanam legowo dapat diterapkan pada lahan sawah maupun lahan kering dengan tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan sumber air yang cukup. Mengingat maksud penanaman sistem logowo ini bukan semata untuk meningkatkan hasil, maka penerapannya diutamakan dan dikaitkan dengan upaya peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung. Dengan peningkatan IP maka hasil panen dapat meningkat dan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.

Menentukan Jarak Tanam
Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha. Untuk dapat tercapainya populasi tersebut, maka jarak tanam biasa yang diterapkan adalah 75 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau 70 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). 
Pada wilayah yang mempunyai masalah tenaga kerja, dapat diterapkan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang) atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang). 

Jika penanaman dilakukan dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang diterapkan adalah sebagai berikut:
  1. (100 - 50) cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau (100 – 50) cm x 40 cm (2 tanaman/lubang) (populasi 66.000 tanaman/ha) (Gambar 1)
  2. (100 - 40) cm x 20 cm  (1 tanaman/lubang) atau (100 – 40) cm x 40 cm (2 tanaman/lubang (populasi 71.000 tanaman/ha) (Gambar 2).
Cara A diterapkan jika varietas jagung yang ditanam mempunyai penampilan tanaman yang tinggi dan helai daun terkulai, sedangkan cara B diterapkan jika tanaman mempunyai tipe tumbuh pendek dan helai daun tegak. 

Jarak tanam dalam barisan adalah 20 cm atau 40 cm. Jika menggunakan jarak tanam 20 cm maka satu tanaman per lubang, dan jika jarak tanam 40 cm jumlah tanaman dua per lubang.






















Untuk penanaman berikutnya (pertanaman kedua) maka sistem tanam sisip dapat diterapkan, yaitu dengan menanam pada barisan kosong pertanaman dua minggu menjelang pertanaman I dipanen (lihat Gambar 2). Dengan penerapan tanam sisip maka ada penghematan waktu pemanfaatan lahan, dan juga pemanfaatan air. Cara penanaman untuk pertanaman II, seperti pada Gamar 2.




Sumber : Balai Penelitian Tanaman Serealia Litbang Deptan Indonesia

Informasi perihal Sistem Tanam Legowo dapat menghubungi :
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros Sulawesi Selatan, Indonesia
Telp. (0411) 371529-371016
Fax. (0411) 371961
e-mail: balitser@yahoo.com

Jumat, 17 Mei 2013

Target Kenaikan Produksi jagung Indonesia

Kebun jagung di Saradan Madiun - dok. BNS Mei 2013
Jakarta - Pemerintah Indonesia dituntut mampu meningkatkan produksi jagung nasional hingga 9 persen per tahun untuk dapat menurunkan atau mengurangi laju impor komoditas pangan tersebut. Country Lead PT Monsanto Indonesia, Chris J. Peterson di Jakarta, Jumat mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama 2000-2011 kenaikan konsumsi jagung setiap tahun rata-rata 8 persen sementara itu angka peningkatan produksi jagung hanya 6 persen per tahun.
Sedangkan data dari Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan kebutuhan impor jagung Indonesia rata-rata 9 persen atau 1,4 juta ton per tahun, sedangkan kenaikan areal tanam hanya 1 persen per tahun. "Apakah Indonesia mampu menaikkan produksi jagung nasional hingga 9 persen per tahun sehingga dapat mengurangi atau menurunkan impor," katanya.
Chris menyatakan, dengan kondisi yang ada saat ini maka untuk menutup gap antara produksi dan kebutuhan jagung dalam negeri dibutuhkan lahan baru sekitar 400 ribu hektar serta petani lebih kurang 800 ribu orang untuk menanam jagung jika rata-rata produktivitas lahan 4,8 ton/ha serta kepemilikan lahan 0,5 ha per orang. Dikatakannya, sejak 2006--2011 Indonesia telah mengeluarkan biaya sekitar 2,5 miliar dolar AS untuk mengimpor jagung. "Tingginya beban pemerintah dan pelaku bisnis pakan ternak dalam impor jagung dapat berkurang apabila Indonesia dapat meningkatkan produksi jagung nasional," katanya.
Kebun Jagung - dok. BNS Mei 2013
Menurut dia, melalui pemanfaatan teknologi pertanian transgenik diharapkan menaikkan produktivitas jagung hingga 10 persen dan meningkatkan keuntungan petani hingga 26-47 persen di Indonesia. Saat ini, tambahnya, untuk memenuhi kebutuhan produksi nasional, Indonesia mengimpor 76 persen jagung dari negara-negara yang mengembangkan transgenik seperti Argentina sebanyak 832.202 ton, Brazil (340.985 ton), AS (188.206 ton) dan selebihnya dari Cina serta India.
Dia menyatakan, adopsi transgenik mampu meningkatkan produksi secara signifikan seperti misalnya di Filipina sebelumnya produktivitas hanya mencapai rata-rata -0,4 persen namun dengan pengembangan rekayasa genetika pada jagung mampu menaikkan produksi hingga 6 persen per tahun. Sementara itu Corporate Affirs Lead PT Monsanto Indonesia Herry Kristianto menyatakan, transgenik merupakan salah satu solusi yang tersedia saat ini yang dapat dikembangkan di Indonesia.
Hal itu, lanjutnya, dikarenakan tantangan yang dikeluhkan petani jagung di Indonesia seperti tingginya biaya penanggulangan gulma, hama penyakit pengerek batang serta kualitas produksi yang rendah. "Melalui hasil ujicoba yang dilakukan oleh tim CARE IPB, pemanfaatan jagung transgenik toleran herbisida mampu menaikkan keuntungan petani antara 26-47 persen," katanya. Menurut dia, bila Indonesia mengembangkan benih jagung transgenik diharapkan tidak hanya mampu memenuhi konsumsi jagung dalam negeri namun juga untuk kebutuhan ekspor ke negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.
(sumber : antaranews.com)

Pustaka Peningkatan produksi Jagung :